Dalam upaya untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik (EV) dan mempromosikan transportasi berkelanjutan, baik India dan Indonesia telah memperkenalkan insentif pajak signifikan untuk pembeli dan produsen EV. Inisiatif ini adalah bagian dari strategi yang lebih luas untuk mengurangi emisi karbon, meningkatkan kualitas udara, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Program Insentif Pajak India
India, salah satu pasar otomotif terbesar di dunia, telah mengambil langkah-langkah penting untuk mendorong transisi ke mobilitas listrik. Pemerintah India mengumumkan serangkaian manfaat pajak dan subsidi yang bertujuan untuk membuat EV lebih terjangkau bagi konsumen dan lebih layak bagi produsen.
Insentif Utama di India:
- Pengurangan GST: Pajak Barang dan Jasa (GST) pada kendaraan listrik telah dikurangi dari 12% menjadi 5%. Pengurangan ini secara signifikan menurunkan biaya keseluruhan EV, membuatnya lebih kompetitif dengan kendaraan bermesin pembakaran internal tradisional.
- Pengurangan Pajak Penghasilan: Di bawah Bagian 80EEB Undang-Undang Pajak Penghasilan, individu yang membeli kendaraan listrik berhak mendapatkan pengurangan pajak penghasilan hingga INR 1,5 lakh atas bunga yang dibayarkan pada pinjaman yang diambil untuk pembelian EV.
- Skema FAME II: Skema Adopsi dan Manufaktur yang Lebih Cepat untuk Kendaraan Hybrid dan Listrik (FAME II) memberikan insentif keuangan untuk pembelian kendaraan listrik roda dua, tiga, dan bus. Skema ini juga mendukung pendirian infrastruktur pengisian daya di seluruh negeri.
- Insentif di Tingkat Negara Bagian: Beberapa negara bagian India, termasuk Delhi, Maharashtra, dan Karnataka, menawarkan insentif tambahan seperti pembebasan pajak jalan raya, penghapusan biaya registrasi, dan subsidi langsung untuk pembelian EV.
Langkah-langkah ini diharapkan akan meningkatkan pasar EV domestik, mendorong inovasi dan investasi di sektor ini. India bertujuan untuk mencapai 30% mobilitas listrik pada tahun 2030, dan insentif ini memainkan peran penting dalam mencapai tujuan tersebut.
Program Insentif Pajak Indonesia
Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, juga membuat langkah signifikan menuju masa depan kendaraan listrik. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan serangkaian insentif pajak yang dirancang untuk menarik baik konsumen maupun produsen ke pasar EV.
Insentif Utama di Indonesia:
- Pembebasan Pajak Barang Mewah: Pemerintah telah membebaskan kendaraan listrik dari pajak penjualan barang mewah, yang dapat mencapai 40% untuk kendaraan konvensional. Pembebasan ini secara substansial mengurangi harga EV.
- Pengurangan Bea Masuk: Bea masuk pada komponen kendaraan listrik dan sel baterai telah dikurangi atau dihilangkan untuk mendorong perakitan dan produksi lokal. Langkah ini bertujuan untuk mengembangkan ekosistem manufaktur EV domestik yang kuat.
- Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN): Pembeli EV di Indonesia berhak mendapatkan pembebasan PPN, lebih lanjut menurunkan biaya pembelian kendaraan listrik.
- Liburan Pajak Penghasilan: Perusahaan yang berinvestasi di sektor EV dapat memanfaatkan liburan pajak penghasilan yang berkisar antara 5 hingga 10 tahun, tergantung pada skala investasi dan tingkat konten lokal dalam proses produksi.
Insentif ini adalah bagian dari rencana ambisius Indonesia untuk memiliki 2 juta sepeda motor listrik dan 400.000 mobil listrik di jalan pada tahun 2025. Pemerintah juga berinvestasi dalam infrastruktur pengisian daya dan fasilitas produksi baterai untuk mendukung transisi ini.
Dampak dan Prospek Masa Depan
The tax insentif di India dan Indonesia diharapkan dapat mendorong pertumbuhan signifikan di pasar EV masing-masing. Dengan mengurangi biaya awal dan mendukung manufaktur lokal, kedua negara ini bertujuan untuk membuat kendaraan listrik lebih dapat diakses oleh masyarakat umum.
Inisiatif ini tidak hanya menguntungkan lingkungan dengan mengurangi emisi gas rumah kaca tetapi juga memiliki potensi untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan ekonomi di sektor teknologi hijau. Seiring semakin banyaknya konsumen dan bisnis yang merangkul mobilitas listrik, industri otomotif di kedua negara siap untuk pergeseran yang transformatif.