Indonesia telah mencapai tonggak penting dalam usahanya untuk energi dan transportasi berkelanjutan dengan peluncuran stasiun pengisian bahan bakar hidrogen pertamanya. Proyek perintis ini, dipimpin oleh PT PLN (Persero), perusahaan listrik milik negara, terletak di Senayan, Jakarta, dan mulai beroperasi penuh pada Februari 2024. Stasiun ini adalah komponen penting dari strategi luas Indonesia untuk mengembangkan ekosistem hidrogen hijau, menegaskan komitmen bangsa terhadap energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon.
Fitur Utama dan Signifikansi
Diungkapkan selama pameran otomotif di Jakarta, stasiun pengisian bahan bakar hidrogen ini mewakili langkah besar dalam upaya Indonesia untuk menempatkan diri sebagai pemimpin dalam kendaraan berbahan bakar hidrogen ekosistem. Fasilitas ini menawarkan lebih dari sekadar layanan pengisian bahan bakar untuk kendaraan bertenaga hidrogen; juga memiliki pengisi daya kendaraan listrik berbasis hidrogen. Selain itu, terdapat Pusat Hidrogen dan Ruang Galeri Hidrogen, yang berfungsi sebagai pusat pelatihan dan pendidikan tentang teknologi hidrogen.
Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menekankan bahwa stasiun ini akan menampung beragam jenis kendaraan, dari mobil pribadi hingga transportasi umum dan kendaraan berat. Awalnya, stasiun ini dilengkapi dengan dispenser hidrogen yang beroperasi pada tekanan 150 dan 300 bar, tetapi ada rencana untuk akhirnya menawarkan pengisian bahan bakar pada tekanan 700 bar untuk memastikan kompatibilitas dengan berbagai kendaraan hidrogen.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Mendirikan stasiun pengisian bahan bakar hidrogen ini bukan hanya merupakan kemajuan teknologi tetapi juga memiliki implikasi ekonomi yang signifikan. Transisi Indonesia ke hidrogen hijau diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor, sehingga meningkatkan keamanan energi nasional. Prasodjo menyoroti bahwa biaya bahan bakar hidrogen per kilometer secara kompetitif lebih rendah daripada bahan bakar tradisional, menjadikannya alternatif yang ekonomis.
Hidrogen hijau PLN diproduksi dari produk sampingan operasi pembangkit listrik, suatu proses yang mengurangi limbah dan menyediakan solusi energi yang hemat biaya. Misalnya, biaya per kilometer untuk mobil hidrogen adalah sekitar IDR 350, dibandingkan dengan IDR 1,400 untuk mobil bahan bakar konvensional dan IDR 370 untuk kendaraan listrik. Pergeseran ke bahan bakar hidrogen ini diproyeksikan untuk menghemat biaya impor bahan bakar dalam jumlah besar dan secara signifikan mengurangi emisi karbon.
Upaya Kolaboratif dan Prospek Masa Depan
Stasiun pengisian bahan bakar hidrogen adalah hasil upaya kolaboratif antara PLN, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE). Kemitraan ini menegaskan pentingnya upaya terkoordinasi dalam memajukan agenda energi terbarukan negara tersebut.
Indonesia bertujuan untuk berada di garis depan ekonomi hidrogen, dengan rencana untuk memperluas infrastruktur hidrogen secara nasional. Stasiun Senayan hanyalah permulaan, seiring negara ini berupaya membangun lebih banyak stasiun pengisian bahan bakar hidrogen dan meningkatkan kapasitas produksi hidrogen hijau. Pada tahun 2024, PLN bertujuan untuk memproduksi cukup hidrogen hijau untuk mendukung 424 unit kendaraan listrik sel bahan bakar hidrogen, secara signifikan mengurangi emisi karbon dan memajukan sektor transportasi yang lebih ramah lingkungan.